Selasa, 06 Desember 2005

Sektor Perikanan makin Prospektif


Tanggal : 6 Desember 2005
Sumber : http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2006/12/5/e1.htm

Sektor perikanan sejak lama memang menjadi salah satu andalan Bali dalam hal ekspor. Ketergantungan pada sektor perikanan ini makin besar seiring menurunnya peran sektor TPT dan kerajinan barang seni pascalesunya pariwisata. Tetapi, menyusul kenaikan BBM pada Oktober 2005 lalu, sektor ini mengalami kondisi yang cukup memprihatinkan. Sebab, harga BBM naik cukup tinggi untuk operasional nelayan. Bagaimana kondisinya saat ini?

PERIKANAN, terutama komoditi tuna dari Bali punya nama cukup bagus di pasar dunia. Tuna hasil tangkapan pengusaha di Bali sudah mampu menembus pasar ekspor sejak dulu. Beberapa negara yang cukup besar mengimpor tuna dari Bali adalah Jepang, Taiwan, Cina, dan Korea. Negara-negara Asia yang merupakan konsumen ikan terbesar di dunia ini bisa dibilang memiliki hubungan bisnis yang erat dengan Bali, khususnya komoditi tuna.

Di samping tuna, ada pula beberapa jenis ikan lainnya yang cukup populer dan digemari pasar internasional. Misalnya saja udang dan ikan kerapu. Dua jenis komoditi ini cukup tinggi realisasi ekspornya meskipun hingga kini dominasi tuna masih belum bisa terkalahkan. Namun ke depan prospek kedua komoditi itu diprediksi akan semakin bagus mengingat sudah ada pengusaha yang secara profesional membudidayakannya di perairan Bali Utara yang memang sangat cocok untuk jenis kerapu maupun tuna.

Selain komoditi perikanan yang dapat dikonsumsi, Bali sebagaimana dikatakan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Bali Wisnawa Manuaba juga punya potensi komoditi lainnya. Misalnya saja ikan hias dan rumput laut. Jenis-jenis komoditi ini termasuk cukup mengalami peningkatan dalam realisasi ekspor dua tahun belakangan ini.

Hanya sayangnya, dalam setahun terakhir ini terjadi penurunan dalam jumlah realisasi tuna yang diekspor karena kenaikan BBM. Menurut Sekjen Asosiasi Tuna Long Line Indonesia (ATLI) Dwi Agus Siswa Putra, ketidakmampuan para pengusaha perikanan tuna melaut disebabkan mahalnya biaya operasional yang mesti dikeluarkan khususnya solar.

Di sisi lain, harga tuna di pasaran dunia belum juga mengalami kenaikan. Dia mengatakan bila pengusaha tuna menaikkan secara sepihak harga jualnya, dikhawatirkan buyer akan lari ke negara lain untuk membeli tuna. Perlu diketahui, Indonesia bukan satu-satunya negara yang menggarap tuna sebagai pasar ekspornya. Beberapa negara lain juga menjadikan tuna sebagai mata dagangan negerinya.

Berdasarkan data yang ada di Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Bali, pendapatan asli daerah (PAD) yang diperoleh melalui sektor perikanan mencapai Rp 600 juta setahun lalu. Dia memprediksikan tahun ini pun realisasi dalam jumlah sama akan diperoleh. ''Ekspor perikanan dan kelautan Bali pada tahun ini tidak mengalami kendala yang berarti. Ekspor masih lancar dan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, baik dari nilai maupun volumenya,'' kata Wisnawa.

Komentar sama juga dilontarkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Bali IGN Suteja. Dia mengatakan realisasi ekspor sektor perikanan masih sama seperti sebelumnya. Dia menilai sektor ini relatif stabil realisasinya, dibandingkan sektor TPT dan kerajinan yang cenderung berfluktuasi.

Dari sisi nilai ekspor jumlah yang didapatkan dari sektor perikanan ini lebih besar lagi. Data periode Januari - Juli 2006, realisasi sektor pertanian dan perikanan yang diekspor mencapai kisaran 31,6 juta dolar. Realisasi ini naik 5,7 persen jika dibandingkan periode sama 2005 yang hanya 29,9 juta dolar. Dilihat dari volumenya, periode Januari - Juli 2006 ini, produk perikanan yang diekspor lewat Bali mencapai sekitar 6.578,7 ton.

Paling tidak tercatat sekitar 12 jenis komoditi perikanan dan hasil laut diekspor Bali ke berbagai negara. Ikan tuna masih menjadi andalan utama ekspor. Komoditi ini mendominasi sekitar 40 persen dari realisasi ekspor perikanan secara keseluruhan. Tujuan utama dari ekspor produk perikanan Bali ini antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Keberadaan sektor perikanan dan sumbangsihnya bagi perekonomian memang tidak boleh dianggap remeh. Meskipun BBM naik dan persaingan dengan kapal asing yang melaut di perairan nasional secara ilegal masih ada, kondisi ekspor perikanan Bali belum menunjukkan penurunan. Tapi memang bila dilihat dari potensinya, sebenarnya ekspor dari Bali bisa lebih besar lagi. Selain mengupayakan produksi melalui sistem tangkap, budi daya pun saat ini juga dikembangkan.

Guna lebih menggiatkan perekonomian masyarakat pesisir pun, pemerintah dikatakan Wisnawa, sudah pula menggulirkan bantuan. Salah satu yang secara kontinu dikeluarkan adalah program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Klungkung, misalnya, salah satu kabupaten di Bali yang mempunyai populasi nelayan cukup besar terutama di daerah tiga Nusa sudah merasakan efektifnya program PEMP.

Program ini sendiri sudah diluncurkan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) sejak tahun 2001. Pada tahun 2001-2003 program PEMP dikucurkan ke KMP melalui wadah LEPP.M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina) dengan pola bergulir dikawasan (bukan di kelompok). Melalui wadah LEPP.M3 diharapkan masyarakat pesisir mulai belajar mengelola manajemen keuangan, belajar mengelola usaha dengan memperhitungkan untung rugi, serta belajar menabung. (iah)

Tidak ada komentar: