Selasa, 27 Februari 2007

Upaya konservasi di Bali Barat, tidak berhenti pada budidaya rumput laut


Tanggal : 27 Februari 2007
Sumber : http://www.wwf.or.id/index.php?fuseaction=news.detail&language=I&id=NWS1172597054

Hal penting yang tidak boleh terlupakan dalam melakukan kegiatan konservasi adalah mengupayakan agar kegiatan tersebut bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kawasan konservasi. Oleh karena itu, WWF-Indonesia bersama masyarakat di sekitar Taman Nasional Bali Barat (TNBB) berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan cara yang ramah lingkungan guna mengkonservasi terumbu karang.

Adapun kegiatan budidaya rumput laut sebagai salah satu bentuk mata pencaharian yang ramah lingkungan telah diinisiasikan forum masyarakat lokal, FKMPP-Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir, bersama WWF-Indonesia, sejak tahun 2003. Melalui kegiatan ini diharapkan para nelayan bersedia beralih dari kegiatan penangkapan ikan yang merusak terumbu karang dan ekosistem laut, seperti pengeboman dan penggunaan sianida, ke kegiatan mata pencaharian yang ramah lingkungan.

Dalam menggiatkan mata pencaharian yang ramah lingkungan bagi masyarakat setempat, WWF-Indonesia tidak berhenti hanya pada pengembangan budidaya rumput laut. Agar tercipta suatu rantai bisnis yang utuh, maka WWF-Indonesia juga membantu memfasilitasi para petani dalam membangun jaringan pasar guna memasarkan hasil panen rumput laut mereka dengan harga yang fair.

Begitu juga dengan kelompok ibu-ibu di sekitar kawasan TNBB, kegiatan mereka tidak berhenti hanya pada pengembangan pengolahan rumput laut menjadi produk-produk makanan seperti dodol, manisan, kerupuk, dan donat. Kapasitas ibu-ibu juga ditingkatkan melalui serangkaian pelatihan terkait dengan kualitas makanan, kemasan, pengelolaan keuangan serta pemasaran.

Terkait dengan upaya menguatkan kapasitas Unit Usaha di dalam FKMPP, maka FKMPP bersama WWF-Indonesia, menyelenggarakan sebuah lokakarya, pada tanggal 16-17 Januari 2007, di Mimpi Resort Menjangan, Bali Barat. Tema lokakarya yaitu ”Pengembangan dan Penguatan Usaha Rumput Laut dan Alternatif Lainnya di Bali Barat”.

Unit Usaha FKMPP didirikan dengan tujuan untuk membantu memasarkan hasil panen kelompok-kelompok usaha rumput laut dan produksi makanan olahan dari rumput laut di Bali Barat. Adapun keuntungan bersih dari Unit Usaha FKMPP akan dikelola untuk kegiatan konservasi sebanyak 35 persen, dan sisanya untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat serta pinjaman modal usaha.

Pada lokakarya ini berhasil didapatkan berbagai masukan penting terkait dengan penguatan bisnis rumput laut, khususnya dalam hal kualitas produk, strategi pemasaran, akses modal dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di Unit Usaha FKMPP.

Selain itu, sejumlah komitmen berhasil didapatkan dari berbagai lembaga seperti APIK (Asosiasi Pengrajin Industri Kecil) melalui program business development centre - nya, Dinas IndagKop (Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi), Dinas Kelautan dan Perikanan, Iniradef (Indonesia International Rural and Agricultural Development Foundation), Dinas Pertanian. Adapun komitmen yang diberikan terkait dengan peningkatan kapasitas SDM Unit Usaha FKMPP berupa dukungan akan bantuan teknis serta akses akan bantuan finansial.

Lokakarya ini juga merupakan bagian dari upaya sosialisasi inisiatif Green & Fair Products WWF-Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk mendukung upaya masyarakat di sekitar kawasan konservasi dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan cara yang ramah lingkungan. Dengan membantu mempromosikan dan memasarkan berbagai produk yang dibuat dari bahan alami dan diproduksi dengan cara yang tidak merusak lingkungan, diharapkan masyarakat setempat akan merasakan manfaat langsung dari kegiatan konservasi.

Bertani cabai, opsi lain untuk mata pencaharian ramah lingkungan

Selain penguatan Unit Usaha FKMPP dalam hal rumput laut, lokakarya ini juga mengangkat mengenai bentuk mata pencaharian lain yang ramah lingkungan. Adapun jenis mata pencaharian yang dianggap berpotensi untuk dikembangkan di kawasan Bali Barat adalah budidaya dan pengolahan cabai pasca panen.

Sekitar 45 persen sumber pendapatan keluarga masyarakat pesisir di kedua desa di Bali Barat, Sumber Klampok dan Pejarakan, didapatkan dari kegiatan bertani dengan cabai sebagai unggulannya.

Oleh karena itu, pada lokakarya hari ke-2 juga dibahas mengenai potensi pasar cabai (termasuk cabai olahan) serta permasalahan yang dihadapi oleh petani cabai di Bali Barat. Termasuk di dalamnya mengenai teknis penanaman, fluktuasi harga dan akses pasar, serta skema kredit mikro bagi para petani cabai.

Dengan bertambahnya opsi kegiatan mata pencaharian yang ramah lingkungan, selain budidaya rumput laut, maka kesejahteraan masyarakat semakin terjamin dan diharapkan jumlah penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak akan berkurang.

Lokakarya ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan terkait dengan exit strategy WWF-Indonesia yang akan mengakhiri kegiatannya di wilayah Taman Nasional Bali Barat pada pertengahan tahun 2007. Diharapkan rangkaian kegiatan yang tercakup dalam exit strategy
dapat mengupayakan agar berbagai kegiatan konservasi yang telah dikembangkan di Bali Barat dapat terus berlangsung tanpa keberadaan WWF-Indonesia.