Tanggal : 13 Desember 2006
Sumber : http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=178&db=gis
Dalam arahan struktur Ruang Provinsi Sumatera, pusat pelayanan primer, yaitu pusat yang melayani wilayah Povinsi Sumatera Utara atau wilayah yang lebih luas terdapat di Medan dan Asahan. Kota Medan dan Tanjung Balai diperioritaskan bagi pemngembangan wilayah pantai timur Sumatera Utara. Pusat utama kota adalah sebagai pusat perdagangan dan jasa regional, pusat pelayanan jasa pariwisata, pengolahan hasil perikanan, pusat transportasi laut dan pusat pendidikan.
Pengembangan sistem prasarana wilayah di provinsi Sumatera Utara pada dasarnya identik dengan arah pengembangan ruang yaitu terbangunnya peluang perkembangan aktivitas yang lebih merata sevara proporsional bagi seluruh bagian wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya.
Salah satu arahan sistem transportasi laut adalah pengembangan pelabuhan pengumpan regional dan lokal sebagai penunjang pergerakan melalui laut bagi wilayah di sepanjang pantai yang memiliki potensi ekonomi tertentu. Beberapa pelabuhan skala lokal dan regional di Sumatera Utara yang dikembangkan untuk menunjang perkembangan aktivitas wilayah pelayanannya adalah:
- Pelabuhan Kuala Tanjung, dikembangkan sebagai pelabuhan pengumpan regional dengan skala pelayanan angkutan penumpang dan barang di wilayah timur Sumatera Utara.
- Pelabuhan Tanjung Balai dan Pangkalan Susu sebagai pelabuhan pengumpan lokal untuk melayani angkutan penumpang dan barang di wilayah pantai timur bagian tenggara.
- Pelabuhan Tanjung Sarang Elang dikembangkan sebagai pelabuhan pengumpan lokal untuk melayani angkutan barang di wilayah timur bagian selatan, sehingga komoditi setempat tidak berorientasi ke pelabuhan Dumai di provinsi Riau.
Perikanan
Kegiatan perikanan di wilayah pesisir Sumatera Utara ini memiliki jarak daerah penangkapan (fishing ground) berkisar 5 mil dari garis pantai dengan trip penangkapan yang relatif pendek, yaitu selama satu hari, dan didukung oleh perangkat penangkapan ikan yang masih sederhana (tradisional).
Melihat kondisi di atas , maka untuk meningkatkan hasil tangkapan perlu dilakukan pengembangan dari kapal nelayan yang dipergunakan saat ini. Pemanfaatan kapal kayu dan menggantikannya dengan kapal-kapal fibreglass atau besi maka diharapkan nelayan akan dapat melakukan trip penangkapan yang lebih jauh ke wilayah ZEE (Zone Ekonomi Ekslusif) Indonesia. Diharapkan jumlah tangkapan akan meningkat. Akan tetapi harapan ini tentu saja sulit untuk terpenuhi mengingat selain tingginya harga kapal fibreglass dan besi juga diperlukan keahlian yang berbeda bagi penangkap ikan antara perairan dari longlines.
Penangkapan ikan longlines membutuhkan keahlian dan teknologi yang berbeda dengan dipergunakan oleh nelayan-nelayan yang ada di pantai pesisir Sumatera . Saat ini umumnya para nelayan longline meamnfaatkan teknologi baru dalam membantu mencari lokasi kelompok ikan-ikan yang akan ditangkap. Demikian pula dengan teknik-teknik pengenalan akan pola ikan. Bagi nelayan longline biasanya mereka memiliki ketempilan untuk mengerti tentang pola hidup dan pergerakan kelompok ikan yang akan ditangkapnya. Kapasitas tersebut umumnya belum dimiliki oleh nelayan-nelayan di perairan kita saat ini untuk ikan yang berada di perairan dalam.. Sehingga untuk meningkatkan kapasitas dan nelayan kita diperlukan waktu yang cukup untuk membinanya.
Tingkat Pemanfaatan Beberapa Jenis Ikan di Kawasan Pantai Barat Sumatera
Jenis Ikan Tingkat Pemanfaatan (%)
Tuna Besar 19
Cakaleng 15
Tongkol 79
Tenggiri 35
Ikan Padang 18
Cumi-Cumi 74
Sumber:Dep Kelautan dan Perikanan
Tuna
Tuna memiliki nilai jual yang sangat tinggi untuk pasar-pasar tertentu. Permintaan impor tuna segar adalah Jepang, Thailand dan Spanyol. Khusus untuk Tuna Segar, Jepang merupakan pasar terbesar. Impor Jepang untuk segar terutama untuk jenis Bluefin dan Biyeye yang dipergunakan sebagai bahan baku pembuat sashimi. Harga Bluefin di pasar Jepang bervariasi akan tetapi nilai jual bluefin masih jauh lebih besar dari ongkos transportnya sehingga komoditis ini sangat layak untuk diangkut melalui angkutan udara
Aspek Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi kawasan timur Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan barat Sumatera Utara yang antara lain terlihat dari besarnya produksi komoditi unggulan seperti sawit, cocoa dan karet di daerah ini. Produksi sawit di 5 kabupaten kawasan timur mencapai lebih dari 1 juta ton/tahun, kemudian Asahan sebesar 2 juta ton/tahun. Komoditi cocoa yang lebih dari 5 ribu ton/tahun, terdapat di 4 kabupaten kawasan timur, dengan produksi terbesar di Deli Serdang yaitu 15 ribu ton/tahun. Komoditi karet dengan produksi antara 40 ribu /ton sampai 100 ribu/ton terdapat di 5 kabupaten kawasan timur.
Kesenjangan yang terdapat di kawasan timur-barat ini disebabkan oleh ketimpangan aksesibilitas yang mempengaruhi tata niaga dan pola koleksi distribusi yang pada akhirnya menyebabkan tidak efisiensinya perekonomian di kawasan barat Sumatera Utara. Untuk mengurangi kesenjangan, perlu diatasi masalah aksesibilitas ke ataupun di dalam kawasan barat ini, seperti dengan memperbaiki jalan dengan kondisi buruk, membuka jalan antar kota yang belum terhubung atau bila memungkinkan membujka jalan dengan jarak terpendek antar kota.
Pariwisata
Jumlah kunjungan wisata pada tahun 2004 adalah sebanyak 300.000 orang meliputi kunjungan wisatawan lokal, domestik dan mancanegara. Daerah tujuan wisata pada umumnya pada daerah pesisir pantai seperti pantai Kelang, Pantai Cermin, Pantai Bedagai, pantai Sialang Buah demikian pula dengan daerah tujuan wisata alam Batu Nongol dan Ancol.
Arah Pembangunan
Sejalan dengan berbagai permasalahan untuk mendukung program kawasan pantai timur Sumatera Utara sebagai upaya mengejar kesetaraan dengan wilayah lain yang lebih maju, maka ditetapkan prioritas dan kebijakan pembangunan kawasan pantai timur Sumatera Utara:
1. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung agar aksesibilitas ekonomi menjadi baik antara lain pembangunan jalan dan jembatan serta peningkatan dan rehabilitasi jalan kabupaten termasuk peningkatan dan pembangunan jalan desa, demikian pula dengan pembangunan jalan arteri yang dapat menghubungkan antar desa, kecamatan dan kabupaten termasuk menuju ke arah jalan lingkar sebagai jalan alternatif untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Meningkatkan aksesibilitas sentra-sentra pertumbuhan ekonomi melalui pembinaan usaha kecil seperti pembinaan teknologi tepat guna, dan akses permodalan, dan membina kegiatan industri pertanian ( ago-industri) seperti pengembangan mini plant, mengembangkan prasarana industri.
2. Normalisasi sungai dan saluran drainase dalam upaya mengatasi resiko banjir dan mendorong pembangunan irigasi seluas lebih kurang 4000 ha di kecamatan Tebing-Tinggi-Bandar Khalipah (DAS Padang). Rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan semua irigasi dalam rangka mempertahankan swasembada pangan dan sarana irigasi dalam rangka mempertahankan swasembada pangan umumnya produksi beras.
3. Mengembangkan pembangunan pertanian dengan mengoptimalkan lahan pertaniaan melaui intensifikasi dan diversifikasi, dan pemanfaatan teknologi tepat guna serta pemanfaatan lumbung desa modern. Meningkatkan peran serta elemen pertanian dan peternakan untuk peningkatan produktivitas dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahtraan petani.
4. Mengembangkan potensi perikanan dan kelautan melalui pemberdayaan nelayan tradisional dengan memberikan fasiltas alat tangkap seperti gill net, dan alat tangkap modern lainnya, dan peningkatan operasi pengawasan serta penerbitan penangkapan ikan, termasuk pembangunan balai benih ikan.
5. Membina sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dasar, pendidikan lanjutan dan pendidikan sekolah, peningkatan kualitas guru, peningkatan sarana seperti laboratorium, gedung sekolah, dan lainnya serta peningkatan kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum berbasis kompetensi.
6. Menyediakan pusat informasi data dan potensi investasi, pengembangan sistem informasi, perbaikan iklim usaha dan fasilitas pendukung lainnya melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Penulis : Drs. A Z M I L,M.Hum (Badan INFOKOM Sumut)
Sumber : http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=178&db=gis
Dalam arahan struktur Ruang Provinsi Sumatera, pusat pelayanan primer, yaitu pusat yang melayani wilayah Povinsi Sumatera Utara atau wilayah yang lebih luas terdapat di Medan dan Asahan. Kota Medan dan Tanjung Balai diperioritaskan bagi pemngembangan wilayah pantai timur Sumatera Utara. Pusat utama kota adalah sebagai pusat perdagangan dan jasa regional, pusat pelayanan jasa pariwisata, pengolahan hasil perikanan, pusat transportasi laut dan pusat pendidikan.
Pengembangan sistem prasarana wilayah di provinsi Sumatera Utara pada dasarnya identik dengan arah pengembangan ruang yaitu terbangunnya peluang perkembangan aktivitas yang lebih merata sevara proporsional bagi seluruh bagian wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya.
Salah satu arahan sistem transportasi laut adalah pengembangan pelabuhan pengumpan regional dan lokal sebagai penunjang pergerakan melalui laut bagi wilayah di sepanjang pantai yang memiliki potensi ekonomi tertentu. Beberapa pelabuhan skala lokal dan regional di Sumatera Utara yang dikembangkan untuk menunjang perkembangan aktivitas wilayah pelayanannya adalah:
- Pelabuhan Kuala Tanjung, dikembangkan sebagai pelabuhan pengumpan regional dengan skala pelayanan angkutan penumpang dan barang di wilayah timur Sumatera Utara.
- Pelabuhan Tanjung Balai dan Pangkalan Susu sebagai pelabuhan pengumpan lokal untuk melayani angkutan penumpang dan barang di wilayah pantai timur bagian tenggara.
- Pelabuhan Tanjung Sarang Elang dikembangkan sebagai pelabuhan pengumpan lokal untuk melayani angkutan barang di wilayah timur bagian selatan, sehingga komoditi setempat tidak berorientasi ke pelabuhan Dumai di provinsi Riau.
Perikanan
Kegiatan perikanan di wilayah pesisir Sumatera Utara ini memiliki jarak daerah penangkapan (fishing ground) berkisar 5 mil dari garis pantai dengan trip penangkapan yang relatif pendek, yaitu selama satu hari, dan didukung oleh perangkat penangkapan ikan yang masih sederhana (tradisional).
Melihat kondisi di atas , maka untuk meningkatkan hasil tangkapan perlu dilakukan pengembangan dari kapal nelayan yang dipergunakan saat ini. Pemanfaatan kapal kayu dan menggantikannya dengan kapal-kapal fibreglass atau besi maka diharapkan nelayan akan dapat melakukan trip penangkapan yang lebih jauh ke wilayah ZEE (Zone Ekonomi Ekslusif) Indonesia. Diharapkan jumlah tangkapan akan meningkat. Akan tetapi harapan ini tentu saja sulit untuk terpenuhi mengingat selain tingginya harga kapal fibreglass dan besi juga diperlukan keahlian yang berbeda bagi penangkap ikan antara perairan dari longlines.
Penangkapan ikan longlines membutuhkan keahlian dan teknologi yang berbeda dengan dipergunakan oleh nelayan-nelayan yang ada di pantai pesisir Sumatera . Saat ini umumnya para nelayan longline meamnfaatkan teknologi baru dalam membantu mencari lokasi kelompok ikan-ikan yang akan ditangkap. Demikian pula dengan teknik-teknik pengenalan akan pola ikan. Bagi nelayan longline biasanya mereka memiliki ketempilan untuk mengerti tentang pola hidup dan pergerakan kelompok ikan yang akan ditangkapnya. Kapasitas tersebut umumnya belum dimiliki oleh nelayan-nelayan di perairan kita saat ini untuk ikan yang berada di perairan dalam.. Sehingga untuk meningkatkan kapasitas dan nelayan kita diperlukan waktu yang cukup untuk membinanya.
Tingkat Pemanfaatan Beberapa Jenis Ikan di Kawasan Pantai Barat Sumatera
Jenis Ikan Tingkat Pemanfaatan (%)
Tuna Besar 19
Cakaleng 15
Tongkol 79
Tenggiri 35
Ikan Padang 18
Cumi-Cumi 74
Sumber:Dep Kelautan dan Perikanan
Tuna
Tuna memiliki nilai jual yang sangat tinggi untuk pasar-pasar tertentu. Permintaan impor tuna segar adalah Jepang, Thailand dan Spanyol. Khusus untuk Tuna Segar, Jepang merupakan pasar terbesar. Impor Jepang untuk segar terutama untuk jenis Bluefin dan Biyeye yang dipergunakan sebagai bahan baku pembuat sashimi. Harga Bluefin di pasar Jepang bervariasi akan tetapi nilai jual bluefin masih jauh lebih besar dari ongkos transportnya sehingga komoditis ini sangat layak untuk diangkut melalui angkutan udara
Aspek Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi kawasan timur Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan barat Sumatera Utara yang antara lain terlihat dari besarnya produksi komoditi unggulan seperti sawit, cocoa dan karet di daerah ini. Produksi sawit di 5 kabupaten kawasan timur mencapai lebih dari 1 juta ton/tahun, kemudian Asahan sebesar 2 juta ton/tahun. Komoditi cocoa yang lebih dari 5 ribu ton/tahun, terdapat di 4 kabupaten kawasan timur, dengan produksi terbesar di Deli Serdang yaitu 15 ribu ton/tahun. Komoditi karet dengan produksi antara 40 ribu /ton sampai 100 ribu/ton terdapat di 5 kabupaten kawasan timur.
Kesenjangan yang terdapat di kawasan timur-barat ini disebabkan oleh ketimpangan aksesibilitas yang mempengaruhi tata niaga dan pola koleksi distribusi yang pada akhirnya menyebabkan tidak efisiensinya perekonomian di kawasan barat Sumatera Utara. Untuk mengurangi kesenjangan, perlu diatasi masalah aksesibilitas ke ataupun di dalam kawasan barat ini, seperti dengan memperbaiki jalan dengan kondisi buruk, membuka jalan antar kota yang belum terhubung atau bila memungkinkan membujka jalan dengan jarak terpendek antar kota.
Pariwisata
Jumlah kunjungan wisata pada tahun 2004 adalah sebanyak 300.000 orang meliputi kunjungan wisatawan lokal, domestik dan mancanegara. Daerah tujuan wisata pada umumnya pada daerah pesisir pantai seperti pantai Kelang, Pantai Cermin, Pantai Bedagai, pantai Sialang Buah demikian pula dengan daerah tujuan wisata alam Batu Nongol dan Ancol.
Arah Pembangunan
Sejalan dengan berbagai permasalahan untuk mendukung program kawasan pantai timur Sumatera Utara sebagai upaya mengejar kesetaraan dengan wilayah lain yang lebih maju, maka ditetapkan prioritas dan kebijakan pembangunan kawasan pantai timur Sumatera Utara:
1. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung agar aksesibilitas ekonomi menjadi baik antara lain pembangunan jalan dan jembatan serta peningkatan dan rehabilitasi jalan kabupaten termasuk peningkatan dan pembangunan jalan desa, demikian pula dengan pembangunan jalan arteri yang dapat menghubungkan antar desa, kecamatan dan kabupaten termasuk menuju ke arah jalan lingkar sebagai jalan alternatif untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Meningkatkan aksesibilitas sentra-sentra pertumbuhan ekonomi melalui pembinaan usaha kecil seperti pembinaan teknologi tepat guna, dan akses permodalan, dan membina kegiatan industri pertanian ( ago-industri) seperti pengembangan mini plant, mengembangkan prasarana industri.
2. Normalisasi sungai dan saluran drainase dalam upaya mengatasi resiko banjir dan mendorong pembangunan irigasi seluas lebih kurang 4000 ha di kecamatan Tebing-Tinggi-Bandar Khalipah (DAS Padang). Rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan semua irigasi dalam rangka mempertahankan swasembada pangan dan sarana irigasi dalam rangka mempertahankan swasembada pangan umumnya produksi beras.
3. Mengembangkan pembangunan pertanian dengan mengoptimalkan lahan pertaniaan melaui intensifikasi dan diversifikasi, dan pemanfaatan teknologi tepat guna serta pemanfaatan lumbung desa modern. Meningkatkan peran serta elemen pertanian dan peternakan untuk peningkatan produktivitas dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahtraan petani.
4. Mengembangkan potensi perikanan dan kelautan melalui pemberdayaan nelayan tradisional dengan memberikan fasiltas alat tangkap seperti gill net, dan alat tangkap modern lainnya, dan peningkatan operasi pengawasan serta penerbitan penangkapan ikan, termasuk pembangunan balai benih ikan.
5. Membina sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dasar, pendidikan lanjutan dan pendidikan sekolah, peningkatan kualitas guru, peningkatan sarana seperti laboratorium, gedung sekolah, dan lainnya serta peningkatan kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum berbasis kompetensi.
6. Menyediakan pusat informasi data dan potensi investasi, pengembangan sistem informasi, perbaikan iklim usaha dan fasilitas pendukung lainnya melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Penulis : Drs. A Z M I L,M.Hum (Badan INFOKOM Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar