Minggu, 23 Maret 2008

Menyisir 3 Desa di Delta Mahakam

Sumber : http://cenil.wordpress.com/

Perjalanan ini dilaksanakan pada tanggal 23-26 Februari 2008, saya berangkat dari rumah sekitar pukul 07.30 Wita, kebetulan pergi menuju delta mahakam adalah pengalaman pertama saya sejak bergabung dalam project PMD (Pemberdayaan Masyarakat Delta) Mahakam. Project yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi yang berusaha memperbaiki kawasan Delta Mahakam yang menurut data terbaru mengalami kerusakan sekitar 56% (Sumaryono, Dkk. 2007).

Tepat pukul 8 kurang saya tiba di pelabuhan pasar pagi, sambil menunggu tumpangan, kami sarapan terlebih dahulu, yang kebetulan difasilitasi oleh Total Indonesia, mereka menamakan kendaraan ini adalah sea truck (bahasa Indonesia; truk laut), ketika kendaraan datang, saya takjub juga melihatnya ternyata yang dinamakan sea truck ini benar-benar besar, dengan kekuatan mesin diesel dua buah, sudah pasti kebayang berapa cepat kendaraan ini bisa melaju.

Setelah siap berangkat kami menuju Desa Sepatin yang jaraknya sekitar sekita 2 jam dari pelabuhan pasar pagi, tepat pukul 12.05 Wita kami sampai di desa sepatin, saya tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa desa Sepatin ternyata memiliki aktifitas ekonomi yang cukup tinggi, terutama dari perdagangan komoditas yang berasal dari laut, desa ini didominasi oleh suku yang berasal dari Sulawesi Selatan, mata pencaharian utama adalah nelayan dan petambak. Ternyata untuk mencapai desa ini diperlukan keahlian khusus terutama jika hendak masuk ke kawasan desa ini karena banyak jebakan-jebakan, jika salah jalan maka perahu atau speedboat bisa kandas dan harus menunggu air pasang jika hendak melanjutkan perjalanan, belum lagi bahaya binatang buas yang mengintai yaitu buaya.

Setelah ditemui oleh Sekretaris Desa Sepatin, kebetulan Kepala Desa tidak ditempat, kami dijamu makan siang dan diajak berkeliling Desa Sepatin, yang semua jalan setapaknya terbuat dari kayu ulin, kami menerangkan kepada perangkat desa maksud dan tujuan kami mengunjungi Desa Sepatin, permasalahan utama desa ini adalah menurunnya hasil tambak, dikarenakan penyakit, kualitas bibit dan juga permasalahan-permasalahan lainnya, kami berkesempatan mengunjungi salah satu tambak, selintas saya lihat pintu air tambak yang kami kunjungi hanya satu, sementara tambak yang diusahakan sedemikian luas, butuh waktu yang lama jika ingin menguras atau memasukkan air, belum lagi sungai yang digunakan untuk mengairi terhubung dengan tambak-tambak lain, tentu saja jika satu tambak kena penyakit akan dengan mudah menyebar.

Setelah bermalam sehari di Desa Sepatin, kami melanjutkan ke Desa Muara Pantuan, kali ini kami ditemani oleh Pegawai Cabang Dinas Perikanan dan Kelautan Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kertanegara Pak Suryanto dan Pak Asdar. Setelah air pasang kami melanjutkan ke Desa Muara Pantuan, ternyata tidak begitu lama kami sampai di Desa Muara Pantuan kira-kira 1 jam perjalanan, kami diterima oleh Kepala Desa Muara Pantuan Pak Haji Rasyid, begitu sampai di rumah kepala desa kami dijamu dengan makan siang berupa sari laut.

Setelah selesai makan kami berkesempatan mengunjungi areal reboisasi yang dilaksanakan oleh Bapedalda Kutai Kartanegara seluas 30 ha, dan tambahan 10 ha yang dilakukan melalui swadaya masyarakat, serta ada juga yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan seluas 100 ha, tetapi kami tidak sempat melihat karena waktu yang menjelang malam. Desa Muara Pantuan merupakan desa yang paling ramai dari 2 desa yang kami kunjungi yaitu Sepatin dan Tani Baru.

Keesokan harinya setelah acara sosialisasi Program PMD Mahakam selesai kami berangkat menuju desa terakhir yaitu Desa Tani Baru, berangkat pukul 17.00 Wita dan tiba di Tani Baru pulul 17.30 wita, hanya memerlukan waktu sekitar setengah jam menuju Desa Tani Baru. Begitu sampai kami disambut oleh Kepala Desa Tani Baru yaitu Bapak H. Kahar Edi, dan kami diperkenankan menginap di tempat beliau.

Kondisi Desa Tani Baru tidak seramai desa sebelumnya, karena keadaan geografi desa yang dipisahkan oleh sungai yang lumayan besar tidak seperti Desa Sepatin dan Muara Pantuan jadi tidak ada jembatan penghubung antara beberapa rumah yang terpisah. Fasilitas sekolah, kantor lurah, kesehatan terpisah-pisah, sehingga jika dibandingkan dengan Desa Sepatin, Desa Tani Baru relatif sepi. Setelah acara sosialisasi di Desa Tani Baru selesai kami pulang menuju Samarinda dan turun di Pelabuhan Sungai Meriam, Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara.

Ada beberapa kesimpulan yang bisa saya sampaikan dari perjalanan saya menyisir 3 Desa di Delta Mahakam, yaitu;


Permasalahan tambak;

  1. Pintu tambak hanya 1, dengan luasan tambak yang sangat besar maka memerlukan waktu yang lama jika ingin menguras atau mengganti air, padahal tambak sangat rentan dengan kualitas air.
  2. Terjadi penurunan kualitas dan kuantitas tambak.
  3. Masyarakat belum mengenal cara bertambak yang baik dan ramah lingkungan.


Alternatif Income:

  1. Industri rumah tangga; kerupuk udang, ikan asin dan Ebi (udang kering).
  2. Pengembangan kepiting keramba.


Beberapa kriteria petambak;

  1. Pemilik tambak; dikelola dan dimiliki oleh petambak itu sendiri.
  2. Penjaga tambak; yang hanya menjaga tambak dan mengelola tambak, sedangkan modal berasal dari pemilik tambak.
  3. Pemodal tambak; tambak dikelola bukan oleh para pemilik tambak tetapi oleh pemodal (biasanya punggawa) atau biasanya pemilik tambak berhutang untuk mengelola tambak dan semua aturan harga dikuasai oleh pemodal tambak.

Tidak ada komentar: